Pengikut

Rabu, 07 Desember 2016

pendekatan metodologi study islam

PENDEKATAN METODOLOGI STUDI ISLAM
MAKALAH
MATA KULIAH
METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen
Imam Mushafak, M.Pd.I.




Oleh

Kelompok 2


Oleh
Kelompok 3
1. Umi Kulsum (NIM:17204153013)
2. Azizatul Latifah (NIM:17204153021)
3. Ria Fatimatus S. (NIM:17204153027)
4. Dicky Damara (NIM:17204153042)


JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2016-2017



BAB I
PENDAHULUAN


Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif diberbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya dijadikan sekadar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah, melainkan secara konsepsional menunujukkan   cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. Adapun pendekatan yang dimaksud di sini (bukan dalam konteks penelitian) adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakandalam memahami agama.
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahamiberbagai dimensiajaran islam tersebutjelas memerlukan berbagaipendekatan yang digalidari berbagai disiplin ilmu di dalam Al-qur’an yang merupakan sumber ajaran Islam, misalnya dijumpai ayat-ayattentang proses pertumbuhan dan perkembangananatomi tubuh manusia. Untuk menjelaskan masalah inijelas memerlukan dukunganilmu anatomi tubuhmanusia. Selanjutnya untuk membahasayat-ayat yang berkenaandengan masalah tanaman dan tumbuh-tumbuhanjelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.
Berkenanaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi.




BAB II
PEMBAHASAN


1. PENDEKATAN TEOLOGIS NORMATIF
Istilah teologi, dalam bahasa Yunani adalah "theologia".Istilah yang berasal dari gabungan dua kata "theos (Tuhan)" dan "logos (Logika)".Arti dasarnya adalah suatu catatan atau wacana tentang, para dewa atau Allah. Bagi beberapa orang Yunani, syair-syair seperti karya Homer dan Hesiod disebut "theologoi". Syair mereka yang menceritakan tentang para dewa yang dikategorikan oleh para penulis aliran Stoa (Stoic) ke dalam "teologi mistis". Aliran pemikiran Stois yang didirikan oleh Zeno (kira-kira 335-263 SM.) memiliki pandangan "teologi natural atau rasional", yang disebut oleh Aristotelesdengan istilah "filsafat teologi", sebutan yang merujuk kepada filsafat teologi secara umum atau metafisika.
Dalam memahami agama secara harfiah pendekatan ini diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik suatu agama dianggap paling benar daripada yang lainnya .Model pendekatan ini, oleh Muh. Natsir Mahmud, disebut sebagai pendekatan teologis-apologis. Sebab cenderung mengklaim diri sebagai yang paling benar, dan memandang 
yang berada di luar dirinya sebagai sesuatu yang salah, atau minimal keliru.
Pendekatan ini menekankan pada bentuk simbol-simbol yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lain salah. Salah satu aliran begitu fanatik bahwa pahamnya yang paling benar sedangkan lainnya dianggap keliru, sesat, kafir, murtad, dan seterusnya. Demikian pula paham lainnya sehingga terjadilah proses saling mengkafirkan, menyalahkan, dan sebagainya yang pada akhirnya tidak ada sikap saling menghargai satu sama lain . Salah satu ciri pendekatan ini dalam memahami agama adalah cara berpikir deduktif. Yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari Tuhan sudah pasti benar.
Pendekatan normatif dapat diartikan studi Islam yang memandang masalah dari sudut legal formal atau dari segi normatifnya. Dengan kata lain, pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang tertera dalam teks Alquran dan Hadits.Melalui pendekatan teologis normatif ini, seseorang memiliki sikap militansi dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada yang diyakininya. Namun pendekatan ini biasanya berkaitan dengan tauhid dan ushuluddin semata.
Jadi pendekatan teologis normatif dalam agama adalah melihat agama sebagai suatu kebenaran yang mutlak dari Tuhan, tidak ada kekurangan sedikit pun dan nampak bersifat ideal.Dalam kaitan ini, agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas.
Untuk agama Islam misalnya, secara normatif pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur.Untuk bidang sosial, agama tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong-menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya.Untuk bidang ekonomi, agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran dan saling menguntungkan.Demikianlah agama tampil sangat ideal dan ada yang dibangun berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang bersangkutan.
2. PENDEKATAN ANTROPOLOGIS
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujudpraktek  keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Atropologis yang berkaitan dengan hal ini sebagai mana yang dikatakan Dawam Suhardjo, yang lebih mengutamakan pengamatan secara langsung, bahkan sifatnya partisipatif.Sejalan dengan pendekatan tersebut, dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.Karl Marx (1818-1883) berpendapat bahwa agama disalah fungsikan untuk kalangan tertentu untuk melestarikan status quo peran tokoh-tokoh agama yang mendukung system kapitalisme di Eropa yang beragama Kristen.Lain halnya dengan Max Weber (1964-1920) dia melihat adanya korelasi positif antara ajaran Protestan dengan munculnya semangat kapitalisme modern.Etika Protestan dilihat sebagai cikal bakal etos kerja masyarakat industri modern yang kapitalistik. Seorang Yahudi kelahiran Paris, Maxime Rodinson dalam bukunya Islam and Capitalism menganggap banhwa ekonomi Islam itu kebih dekat kepada system kaptalisme, atau sekurang-kurangnya tidak mengharamkan prinsip-prinsip dasar kapitalisme.
Dengan melalui pendekatan antropologis sebagaimana telah disebutkan oleh beberapa ahli kita bisa lihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan eots kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.dalam hubungan ini, maka jika kita ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya. 
Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita bisa melihat adanya hubungan antara agama dengan mekanisme pengorganisasian (social organization). Melalui pendekatan antropologis fenomenologis kita guga bsa melihat adannya hubungan agama dengan negara ( state and religion). Dengan melalui pendekatan antropolis juga terdapat hubungan agama dan psikoterapi.Sigmud Freud (1856-1939) pernah mengatkan agama dengan Oedipus komplek, yakni pengalaman infantil seorang anak yang tidak berdaya di hadapan kekuatan dan kekuasaan bapaknya.Agama yang dinilainya sebagai neurosis.Menurutnya, ada korelasi yang sangat positif antara agama dan kesehatan mental. Melalu pendekatan antropologis tersebut terlihat dengan jelas hubungan agama dengan  berbagai hal dalam kehidupan manusia. Dengan demikian pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
3. PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupannya, menurut Hassan Shadily. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetetahuan yang membatasi diri terhadap  persoalan pernilaian. Dari dua definisi tersebut dapat terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang berkaitan.
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama. Hal demkian dapat dimengeti, karena banyak bidang  kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan  tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Besarnya perhatian agama terhadap masalah sosial akhirnya mendorong kaum agama untuk memahami ilmu-ilmu sosial sebagai alat untuk memahami agamanya. Jalaludin Rahmat menunjukan betapa besar perhatian agama terhadap masalah sosial, dalam bukunya yang berjudul Islam Alternatif, ia mengajukan lima alasan.
Pertama, dalam al-Qur’an atau kitab-kitab hadis, proporsi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.Kedua, bahwa ditekannya masalah muamalah (sosial) dalam Islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting.Ketiga, bahwa ibadah mengandung segi kemasyarakatn yang diberi ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat perseorangan.Keempat, dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kafaratnya(tebusannya) ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial. Kelima, dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran yang lebih besar daripada badah Sunnah. Dengan demkian, melalui pendekatan sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu sendiri diturunkan untk kepentingan sosial.
4. PENDEKATAN FILOSOFIS
Berfikir secara filosofis dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.Pendekatan filosofis sudah banyak dilakukan oleh para ahli, misalnya buku berjudul Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad al-Jurjawi.Dalam buku tersebut mengungkapkan hikmah dibalik ajaran-ajaran agama islam.Misalnya mengajarkan agar melaksanakan sholat berjama’ah tujuannya agar seseorang merasakan hikmahnya dalam hidup secara berdampingan dengan orang lain dan sebagainya..
Dengan mengunakan pendekaan filosofis ini seseorang akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya dan dapat pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya.Dengan cara demikian ketika seseorang mengerjakan sesuatu amal ibadah tidak akan merasa kekeringan spiritual yang dapat menimbulkan kebosanan.Semakin mampu menggali makna filosofis dari suatu ajaran agama,makna semakin meningkat pula sikap, penghayatan dan daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.Banyak pentingnya pendekatan filosofis ini,kita menjumpai bahwa filsafat digunakan untuk berbagai bidang selain agama yaitu filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, dan sebagainya.
Melalui pendekaan filosofis ini seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti.Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun islam yang kelima dan berhenti sampai di situ.Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang ada di dalamnya.Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafsirkan atau menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal.Filsafat mempelajari batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (formal) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Pendekatan filosofis yang bercorak perennialis ini, secara teoritis memberikan harapan, namun belum luas dipahami dan diterima kecuali sekelompok kecil saja.Menurut Nasr, untuk mengikuti aliran ini seorang sarjana tidak cukup mengabdikan pikirannya saja, tetapi seluruh hidupnya.Ia menuntut penghayatan total, bukan hanya sebatas studi akademis terhadap persoalan agama.Bagi aliran ini, studi agama dan agama-agama adalah aktivitas agama itu sendiri, dan mempunyai makna keagamaan.Semua studi agama hanya bermakna kalau ia memiliki makna keagamaan.
Islam sebagai agama yang banyak penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah dapat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya.Namun demikian pendekatan ini belum banyak diterima oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agama terbatas pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan formalistik dari pengalaman agama.
5. PENDEKATAN HISTORIS
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.Menurut ilmu ini segala peristiwa dan dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia.Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondosi sosial kemasyarakatan.Dalam hubungan ini Kuntowijoyo melakukan studi terhadap agama menurut pendekatan sejarah.Ketika mempelajari al-Quran,ia sampai pda kesimpulan bahwa kandungan al-Quran terbagi dua bagian.Bagian pertama, berisi konsep-konsep, dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.Dalam bagian pertama berisi konsep-konsep,istilah yang merujuk pada pengertian normatif yang khusus,doktrin-doktrin etik, aturan-aturan legal dan ajaran agama pada umumnya.Konsep itu bersifat abstrak dan konkret.Konsep tentang Allah, konsep tentang malaikat dan sebagainya.Konsep konkret yang dapat diamati yaitu konsep tentang fuqara (orang fakir), konsep tentang dhu’afa (orang lemah) dan sebagainya.Dalam bagian ini bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai nilai-nilai islam.
Pada bagian kedua berisi kisah-kisah dan perumpamaan, al-Quran ingin mengajak dilakukannya perenungan untuk memperoleh hikmah.Melalui kontemplasi terhadap kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa historis, dan melalui metafor-metafor yang berisi hikmah tersembunyi, manusia diajak merenungkan hakikat dan makna kehidupan.Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.Dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman seperti ini akan menyesatkan orang yang memahaminya.Seseorang yang ingin memahami al-Quran secara benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya al-Quran atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya al-Quran yang disebut ilmu Asbab al-Nuzul.Dengan ilmu Asbabun Nuzul seseorang dapat mengetahui hikmah terkandung dalam suatu ayat  yang berkenaan dengan hukum tertentu, dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan memahaminya.
6. PENDEKATAN KEBUDAYAAN
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan, kesenian , adat istiadat , dan berarti pula kegiatan ( usaha ) batin ( akal dan sebagainya ) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan . Sementara itu sultan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat .
Kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan sebagainya.Semua itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan tau blue print oleh seseorang dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.Kebudayaan tampil sebagai pranata yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.
Kebudayaan yang dimiliki selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat.Pengamalan agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran.Kita misalnya membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan al-Qur’an maupun hadits sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi  membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. 
Misalkan kita menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya.Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintregasi. Dalam pakaian model jilbab., kebaya atau yang lainya dapat dijumpai dalam pengamalan agama. Sebaliknya tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas. Di DKI Jakarta misalnya kita jumpai kaum pria ketika menikah menggunakan baju ala Arab.Sedangkan kaum wanita menggunakan baju ala Cina.Di situ terlihat produk budaya yang berbeda yang dipengaruhi oleh pemahaman keagamaanya.
Pendekatan kebudayaan dapat diartikan pendekatan melalui budaya seperti kepercayaan, kesenin, adat istiadat misalnya cara berpakian disat resepsi pernikahan, kehidupan sehari-hari, pergaulan antara pria dan wanita dan upacara-upacara keagamaan. Pendekatan ini dapat digunkan untuk memahami agama yang terdapat dalam tataran empirik atau agama yang tampak dalam bentuk formal yang menggejala dimasyarakat. Pengamalan agama yang terdapat di  masyarakat diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalara. Misalnya dari nas al-Qur’an maupun hadist sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia .
7. PENDEKATAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala prilaku yang dapat diamatinya.Menurut Zakiah Daradjat  bahwa prilaku seseorang yang nampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika saling berjumpa megucapkan salam, hormat kepada orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran dan sebagainya ini merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan Zakiah Daradjat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah sebagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam prilaku penganutnya.
Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang.misalnya sikap bermain dan bertakwa kepada allah, sebagai orang yang saleh, orang yang berbuat baik, orang yang sedik ( jujur ) dan sebagainya. Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang bekaitan dengan agama.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang, juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukan agama kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkanya.
Label “psikologi agama” seolah menunjukan bahwa bidang ini merupakan cabang psikologi yang concern dengan subjek agama, sejajar dengan psikologi pendidkan, atau psikologi olahraga, atau psikologi klinis. Akan tetapi kenyataanya, psikologi agama berada di bagian luar mainstream psikologi.Abbudin  nata, metode studi islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004) hlm.191
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari salat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainya dengan melalui ilmu jiwa.Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien lagi dalam meanamkan ajaran agama.Itulah sebabanya ilmu jiwa ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.Pendekatan psikologi dapat diartikan sebagai pendekatan agama melalui prilaku yang tampak secara lahiriah, karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya.
8. PENDEKATAN TIPOLOGI 
Pendekatan ini digunakan oleh sarjana barat untuk memahami ilmu-ilmu manusia, metode ini dapat digunakan untuk memahami agama islam maupun agama yang lain dengan cara mengidentifikasikan lima aspek atau ciri yang sama dari agama lain. Yakni :
a) Tuhan dalam islam atau tuhan dari setiap agama yaitu sesuatu yang disembah oleh pengikut – pengikut agama lain. 
b) Nabi dari tiap agama yaitu orag yang membawa ajaran agama itu
c) Kitab dari tiap agama yaitu dasar peraturan yang diterangkan oleh agama yang dipercaya oleh manusia. 
d) Penyampaian ajaran yang disetiap agama 
e) Orang-orang yang terlatih lalu diterjunkan di masyarakat.
Menurut metode ini, untuk dapat mengetahui lebih luas tentang islam, pertama-tama orang harus mengetahui Tuhan, diantaranya dengan cara mempelajari kitab suci yang berhubungan dengan ketuhanan, meperhatikan alam dengan seluk- beluknya, memperhatikan perubahan yang terjadi pada masyarakat.


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan 
Pendekatan dalam memahami agama diantaranya melalui pendekatan teologis normatif, antropologis, sosiologis, filosofis, historis, kebudayaan, psikologis, dan tipologi. Dimana pendekatan-pendekatan ini membantu  agar kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya,   sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat dan tidak fungsional. Dan untuk memahami islam secara utuh, tidak bisa  hanya menggunakan satu pendekatan saja, karena , islam bukan hanya agama yang mendominasi dan bukan hanya berdasarkan intuisi mistis dari manusia , yang terbatas pada hubungan manusia dengan tuhan . dan apabila kita hanya melihat islam hanya melalui satu sisi saja, maka kita hanya akan melihat satu dimensi dari fenomena-fenomena yang multifaset , sekalipun kita melihat betul. Hal itu tidak cukup untuk untuk mengetahui islam secara keseluruhan.Dari uraian diatas dapat dilihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan ini semua orang akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikin.




Daftar Pustaka


Taufik, Akhmad dkk.. 2004. Metode Studi Islam. Malang: Bayumedia Publishing.
Nata Abuddin. 1998. Metode Studi Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Drajat Zakiah. 1987. IlmuI jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar