Pengikut

Rabu, 07 Desember 2016

logika dan aksiologi

FILSAFAT LOGIKA DAN AKSIOLOGI

MAKALAH
MATAKULIAH
FILSAFAT UMUM
Dosen : 
M. Sulthon Aziz, M.Pd.I 


Oleh
Kelompok 8

Lutfi Mey Rochmawati (17204153041)


JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN 2016


 BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Mengingat filsafat logika dan filsafat aksiologi sangat penting untuk dibahas saat ini. Karena didalam filsafat memikirkan sesuatu yang benar secara mendalam dan pada hakikatnya semua orang mempunyai pikiran. Tetapi banyak orang saat ini menggunakan pikirannya untuk hal yang tidak baik yang  menimbulkan problematika baru mengenai nilai-nilai dalam kehidupan. Terdapat dua problem nilai dalam kehidupan yaitu nilai baik dan nilai jelek. Agar semua orang dapat menggunakan pikirannya dengan baik dan benar maka kami akan membahas mengenai logika dan aksiologi secara mendalam dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan masalah diantaranya :
1. Apa pengertian dari logika ?
2. Bagaimana hubungan logika dengan ilmu lain ?
3. Apa saja macam-macam logika ?
4. Apa saja manfaat mempelajari logika ?
5. Apa pengertian dari aksiologi ?
6. Apa saja problematika yang terdapat dalam aksiologi ?
7. Apa saja cabang-cabang dari aksiologi ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari logika.
2. Untuk mengetahui hubungan logika dengan ilmu lain.
3. Untuk mengetahui macam-macam logika.
4. Untuk mengetahui manfaat mempelajari logika.
5. Untuk mengetahui pengertian dari aksiologi.
6. Untuk mengetahui problematika yang terdapat dalam aksiologi.
7. Untuk mengetahui cabang-cabang aksiologi.


BAB II
PEMBAHASAN


A. Filsafat Logika
1. Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu “LOGOS” yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berfikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika epiteme (latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis ilmu pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berfikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga disebut dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana objek materialnya adalah berfikir (khusus penalaran/atau proses penalaran) dan objek formal logika adalah berfikir / penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis, dalam proses pemikiran, terjadi pertimbangan, menguraikan, membandingkan dan hubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berfikir. Logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal tersebut dapat menjelaskan bahwa logika merupakan sesuatu pedoman atau pegangan untuk berfikir.

2. Logika dan Bahasa
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Nama ‘logika’ untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke-1 sebelum masehi), tetapi masih dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah masehi) adalah orang yang pertama kali menggunakan kata ‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat, tertulis atau lisan. Jadi, bahasa adalah alat komunikasi, komunikasi dapat lancar apabila permasalahannya disusun ke dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. 
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika menyajikan tata cara dan kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika berhubungan erat dengan bahasa.

3. Hubungan Logika dengan Ilmu Lain
a. Logika dan Ilmu Psikologi
Dalam psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berpikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berpikir. Logika berfungsi memikirkan segala sesuatu tentang jiwa manusia. Maka fungsi logika adalah untuk membahas proses yang berpikir dengan kejiwaan manusia. Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berpikir dan memberikan gambaran bagaimana manusia berpikir. Sementara logika adalah cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana seharusnya). Disinilah letak hubungan antara psikologi dan logika.

b. Hubungan dengan Ilmu Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Metafisika selalu mencari kebenaran atau hakekat realitas dibalik yang tampak dan nyata. Teori dalam metafisika bahwa kenyataan kebenaran atau hakikat realitas bukanlah apa yang tampak, tetapi apa yang berada dibalik yang tampak. Hukum-hukum logika bagi metafisika bukan apa yang telah dirumuskan yang akan menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada dibalik rumusan tersebut. Semakin mampu berpikir logis, orang tidak akan mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak.

4. Macam-Macam Logika
Logika menurut the liang gie dapat digolongkan menjadi lima macam, yaitu:
a. Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit
Menurut John C.Cooley, the liang gie membagi logika dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan dalam arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafat sekaligus, seperti pernah dilakukan oleh Piper dan Ward berikut ini:
a) Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan.
b) Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian.
c) Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah.


b. Logika Deduktif dan Logika Induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dalam logika jenis ini yang terutama ditelaah, yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan langkah-langkah dan aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepat dan sah.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan yang umum yag bersifat boleh jadi. Penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau penyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah kecil hal, atau anggota sesuatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yng diharapkan berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.
c. Logika Formal dan Logika Material
Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan menurut isinya.
Logika forma mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesugguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika material dinamakan orang logika mayor. 

d. Logika Murni dan Logika Terapan
Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya.
Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.
Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu mengenakan asas dan aturan logika bagi istilah dan ungkapan yang mempunyai pengertian khusus dalam bidangnya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah mempergunakan sesuatu logika terapan dari ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmu hayat bagi biologi dan logika sosiolog bagi sosiologi.

e. Logika Filsafati dan Logika Matematik
Logika filsafat dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan  makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.

5. Manfaat Logika
Ada beberapa manfaat logika, yaitu dengan belajar logika dapat:
a. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional , kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
c. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
d. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.
e. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
f. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
g. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun.
h. Meningkatkan citra diri seseorang.

B. Filsafat Aksiologi
1. Pengertian Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation
Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. 
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. 
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1. Moral Conduct  yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life  yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social politik.
2. Problem Utama Aksiologi
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika keduannya merupakan masalah yang paling banyak ditemukan dan dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa masalah yang dibicarakan aksiologi, yaitu:

a. Etika 
Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang memmbicarakan perilaku manusia. Semua perilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak benar suatu perilaku dikatakan tidak etis dan etis. Sejalan dengan perkembangan penggunaan bahasa yang berlaku sekarang, istilah ‘tidak etis’ dan ‘etis tidak baik’ dimaksudkan untuk hal yang sama.
b. Estetika 
Estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan diktomis. Artinya bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada satu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ada baiknya menghargai pepatah ‘de gustibus non disputdum’, meskipun tidak mutlak, tidak untuk segala hal. 
c. Diluar Etika dan Estetika
a) Yang menyangkut pahala dan dosa. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan kognitif manusia yang menganggap makin pentingnya agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dipertimbangkan. 
b) Suci dan najis yang didasari oleh agama maupun kebutuhan intelektual / kognitif  semata-mata. Khusus yang didasarkan kebutuhan intelektual/kognitif semata-mata, merupakan akibat adanya kekuatan dan perwujudannya yang dapat dinilai positif maupun negatif. Kekuatan dan wujud kekuatan itu bisa positif  atau negatif, yang antara lain dilandasi oleh niat atau intensionalitas. Niat yang menghasilkan kekuatan dan wujud positif dibedakan dari yang negatif. Niat yang suci dan niat yang najis bisa saja berwujud sama, tetapi nilainya jelas saja berbeda, seperti perbuatan yang tulus atau karena terpaksa, atau hasil perbuatan yang buruk tentu dibedakan antara menjadi buruk karena teknis pelaksanaannya dan yang buruk karea memang dimaksudkan demikian.
c) Antara manfaat dan mudarat. Penilaian dan nilai juga dapat diarahkan pada perbuatan dan hasil perbuatan atas dasar bermanfaat atau tidakbermanfaatnya.  Manfaat dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau perbuatan atau hasil perbuatan yang kalau digunakan dapat memenuhi kebutuhan jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Mudarat artinya kalau digunakan tidak akan berarti positif apapun, bahkan menimbulkan kerugian, ialah hanya memenuhi kebutuhan sesaat saja.

3. Cabang-Cabang Aksiologi
Aksiologi terdiri dari berbagai macam sub seperti teori-teori tentang nilai, teori etika, justifikasi, teori-teori analitik atau matematik, dan etika relativisme.
1. Teori-teori tentang nilai
Bermula dari adanya teori umum yang menjadi sebuah perdebatan antara Alexius Meinong dengan Christian Von Ehrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai. Menurut Alexius sumber nilai adalah perasaan (feeling) atau perkiraan adanya kesenangan terhadap suatu objek. Sedangkan menurut Christian sumber nilai adalah hasrat atau keinginan (desire). Jadi nilai adalah milik objek itu sendiri.
a. Objektivisme atau realisme aksiologi
Penetapan nilai merupakan suatu yang dianggap objektif. Alexander mengatakan nilai, norma, ideal, dan sebagainya merupakan unsure atau berada dalam objek atau berada pada realitas objek. Penetapan suatu nilai memiiki suatu arti benar atau salah, meskipun penilaian itu tidak dapat diverifikasi, yaitu yang tidak dapat dijelaskan melalui suatu istilah tertentu. Tokoh pendukung ada Bosanquet (idealisme), scheler (fenomologi), C.I. Lewis (pragmatisme konseptual), G.E. Moore (intuisime).

b. Subjektivitisme aksiologi
Penentuan nilai meraduksi penentuan nilai kedalam statemen yang berkaitan dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi dan penentuan sejalan dengan pernyataan benar atau salah. Subjektivisme cenderung mengabsahkan teori etika yang disebut hendonism, sebuah teori yang mengatakan kebahagiaan sebagai kriteria nilai dan naturalism yang meyakini bahwa suatu nilai dapat direduksi kedalam psikologi.
Tokoh pendukung, Hume (skeptisime), Sarte (eksistensialisme), D.H. Parker (humanisme), Perry (naturalisme).

c. Nominalisme Aksiologi 
Penentuan nilai adalah ekspresi emosi atau usaha untuk membujuk yang semua itu tidak factual. Sedangkan nilai sendiri adalah suatu nilai yang tidak dapat dijelaskan dan bersifat emotif walau memiliki makna secara factual. Pendukung Nietzsche (relativisme aksiologi), ayer (logika positivisme), Stevenson (logika empirisme).

2. Teori Etika
Perbedaan normative dengan metaetik
Dalam teori etika yang normative dan mataetik harus dibedakan dan dapat dilakukan:
1. Etika normative yaitu mengidentivikasikan satu atau lebih dari prinsip moral secara luas yang setiap orang menggunakannya sebagai petunjuk, kode moralitas yang bersifat ideals atau benar. Etika normative dibedakan menjadi teleological atau deontologist atau varian dari kombinasi keduanya (masalah berkaiatan dengan nilai).

a. Perbedaan teleologis dengan deontologist
Fakta-fakta yang harus dipertimbangkan dalam pembedaan teori etika yang bersifat teleologis dengan deontologist yaitu:
1) Memperhatikan tingkat penegasan daripada dasar pengeluaran timbal balik.
2) Unsur-unsur dari teleologis dan deontologist dapat ditemukan dalam teori etika tertentu.
3) Terdapat perbedaan interpresentasi yang dilakukan filosof terhadap setiap teori etika yang lain.
4) Intreprentasi sangat luas sebagian besar etika formalisme dan etika naturalistic yaitu hendonism, utilatarism kedalam kelompok teleologis.
a) Teori etika teleologis 
Teori etika berkaitan dengan hasil akhir atau kebaikan ketimbang sebagai kewajiban moral.
b) Teori etika deontologist 
Etika deontologist menekankan sifat pembuktian dari yang benar menjadi sesuatu yang lahir sari penalaran, intuisi, dan rasa moral. Tindakan deontologist merupakan salah satu bentuk dari etika konstektual.
2. Etika metaetik yaitu menganalisis satu atau lebih cara untuk penentuan moral yang diterapkan secara actual. Metaetika dibagi menjadi kognitifis atau non kognitifis.





3. Justifikasi moralitas
a. Etika egoism
Setiap orang harus melkukan kepentingan pribadinya dan mengabaikan kepentingan orang lain kecuali jika ada kaitannya dengan kepentingan pribadi.
Kepentingan seseorang seharusnya memaksimalkan kesenangan sendiri dan secara umum. Penganut etika ini adalah protogoras dan filosof yunani.
b. Egoism psiologis
Sebuah teori etika tidak memiliki makna, karena tidak seseorang pun dapat melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keyakinannya.

4. Teori-teori analitik atau mataetik
Mataetik adalah sebuah kajian tentang moral atau penilaian moral sebagai kebaikan dari etika normative deskriptif dan analisis daripada preskriptif dan substantive.
a. Teori-teori kognitivis dan non kognitif
Teori kognitif menyatakan term atau pernyataan etis itu bersifat informative.
Sedangkan teori non kognitif menyatakan menolak term atau pernyataan etis itu bersifat informative.
b. Fallasi naturalistic 
Fallasi naturalistic adalah nama dari sebuah usaha dalam teori metaetika yang mendefinisikan etis (nonnatural) kedalam istilah nonetis (natural) mendefinisikan baik sebagai kesenangan.

5. Etika relativisme
Dalam teori ini menolak keberadaan standart moral secara luas.
a. Relativisme sosiologis
Teori ini menyatakan bahwa fakta merupakan keyakinan moral yaitu berada antara budaya satu dengan lainnya.
b. Relativisme etik
Menyatakan keyakinan moral adalah benar.
c. Relativisme metaetik
Mengatakan bahwa jika ada ketidaksepakatan moral, mungkin itu benar.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa logika adalah sesuatu pedoman atau pegangan untuk berfikir. Terdapat beberapa hubungan antara logika dengan ilmu lain yaitu: 1) hubungan antara logika dengan bahasa yang menjelaskan bahwa bahasa yang baik dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. 2) hubungan antara logika dengan ilmu psikologi yang menjelaskan bahwa psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berpikir dan memberikan gambaran bagaimana manusia berpikir. 3) hubungan antara logika dengan ilmu metafisika yang menjelaskan bahwa seseorang yang semakin mampu berpikir logis, orang tidak akan mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak. Logika digolongkan menjadi lima macam yaitu: a. Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit, b. Logika Deduktif dan Logika Induktif, c. Logika Formal dan Logika Material, d. Logika Murni dan Logika Terapan, dan e. Logika Filsafati dan Logika Matematik. Logika juga bermanfaat bagi yang mempelajarinya, salah satunya meningkatkan citra diri seseorang karena seseorang dapat berpikir secara tajam yang dapat menambah kecerdasannya.
Aksiologi adalah teori tentang nilai. Masalah utama yang dibahas dalam aksiologi ini adalah mengenai etika, estetika, dan juga diluar etika dan estetika diantaranya tentang pahala dan dosa, manfaat dan madarat, dan juga suci dan najis. Aksiologi juga mempunyai cabang-cabang yaitu : teori-teori tentang nilai, teori etika, justifikasi, teori-teori analitik atau matematik, dan etika relativisme.


DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo,dkk. 2012. Dasar-dasar logika. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2009. Pengantar filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.
https://id.wikipedia.org/wiki/Logika, di akses pada tanggal 21 maret 2016, pukul 11.00 WIB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar