Pengikut

Rabu, 07 Desember 2016

manusia dan kebutuhan terhadap agama

MANUSIA DAN KEBUTUHAN TERHADAP AGAMA
MATA KULIAH
METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen Pengampu
Imam Mushafak, M.Pd.I.


Oleh:

1. Siti Nur Pradanika (17204153011)
2. Zika Muwakhidatuz Zahro (17204153019)
3. Sri Wulandari (17204153040)
4. Inggar Laras Putri (17204153046)


JURUSAN TADRIS MATEMATIKA 2/A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2015-2016



A. Pendahuluan


I. Latar Belakang
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya ssabagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan probadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan, dan sebagainya, sedangkan secara sosial manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. 
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjaadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelmapiasan dengan timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sasuatu itu menjadikan manusia beragama.

II. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Agama?
2. Bagaimana Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama?
3. Apa Fungsi Agama?
4. Doktrin-doktrin apa saja yang menjadi Kepercayaan Agama?

III. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertian Agama.
2. Mengetahui Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama.
3. Mengetahui Fungsi Agama.
4. Mengetahui Doktrin-doktrin Kepercayaan Agama.

IV. Batasan Masalah
1. Pengertian Agama
2. Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama
3. Fungsi Agama
4. Doktrin-doktrin Kepercayaan Agama



B. Pembahasan
1. Pengertian Agama
Agama pada umumnya adalah:
a. Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak diluar manusia.
b. Tata peribadatan manusia kepada yang dianggapnya mutlak.
c. Tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan.

Maksud dari pernyataan-pernyataan diatas adalah, Agama dalam bahasa Arab berarti “Addiin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama bisa juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak, dan “gamma” yang artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakan terjemahan dari terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu “religion” atau religi yang artinya kepercayan dan penyembahan Tuhan. Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta. 
H. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat, patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat. Sedangkan, Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J mendefinisikan agama dengan mengganti istilah agam dengan religi, religi adlaah ikatan atau pengikat diri.
Karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi. 
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertenttu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib. 
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib.
g. Pemujaan kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah danperasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 
h. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorangnRosul.

Jadi,agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap paling benar.

2. Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Ada yang berpendapat bahwa benih agama adalah rasa takut yang kemudian melahirkan pemberian sesajen kepada yang diyakini yang memiliki kekuatan menakutkan. Seperti yang ditulis oleh Yatimin bahwa pada masa primitif, kekuatan itu menimbulkan kepercayaan animisme dan dinamisme. Ia memerinci bentuk penghormatan itu berupa:
1. Sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungai-sungai, laut, dan benda alam lainnya.
2. Pantangan (hal yang tabu), yaitu perbuatan-perbuatan ucapan-ucapan yang dianggap dapat mengundang murka (kemarahan) kepada kekuatan itu.
3. Menjaga dan menghormati kemurkaan yang ditimbulkan akibat ulah manusia, misalnya upacara persembahan, ruatan, dan mengorbankan sesuatu yang dianggap berharga.
Rasa takut memang salah satu pendorong utama tumbuh suburnya rasa keberagaman. Tetapi itu merupakan benih- benih yang ditolak oleh sebagian pakar lain. Seperti yang dikatakan oleh Qurasy Syihab bahwa ada hal lain yang membuat manusia merasa harus beragama. Freud ahli jiwa berpendapat bahwa benih agama dari kompleks oedipus. Mula-mula seorang anak merasakan dorongan seksual terhadap ibunya kemudian membunuh ayahnya sendiri. Namun pembunuhan ini menghasilkan penyesalan diri dalam jiwa sang anak sehingga lahirlah penyembahan terhadap ruh sang ayah. Di sinilah bermula rasa agama dalam jiwa manusia. Jadi agama muncul dari rasa penyesalan seseorang. Namun bukan berarti benih agama kemudian menjadi satu-satunya alasan bahwa manusia membutuhkan agama. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Untuk menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai kebutuhan. Ada empat faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu: 
a) Faktor Kondisi Manusia
Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus yang seimbang. Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik jasmaniah. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental) rohaniah. Kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
b) Faktor Status Manusia
Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang kompleks. Manusia adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata hati. Sehingga dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal sesama makhluk. 
Dengan akalnya manusia mengakui adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya.
c) Faktor Struktur Dasar Kepribadian
Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. Yaitu:
1) Aspek Das es yaitu aspek biologis. Aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif.
2) Aspek das ich, yaitu aspek psikis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk hubungan baik dengan dunia nyata.
3) Aspek das uber ich, aspek sosiologis yang yang mewakili nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat.

Selain faktor yang dimiliki manusia dalam memerlukan agama ada juga alasan mengapa manusia perlu beragama. Dalam buku yang ditulis Yatimin juga Abudin Nata bahwa ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Yaitu:
a. Fitrah Manusia
Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan dijelaskan dalam ajaran islam bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Sebelumnya manusia belum mengenal kenyataan ini. Dan di masa akhir-akhir ini muncul beberapa orang yang memerlukan dan mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang berada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Oleh karenanya ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, maka seruan itu memang amat sejalan dengan fitrah manusia itu. 
Al-Quran telah menjelaskan agama sebagai fitrah manusia, dan Allah telah menetapkan perintah, ”(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu ”Dan sejak dahulu gagasan ketakwaan tidak dapat disingkirkan dari hati manusia. Kemudian dari sudut pandang psikologi hubungan antara manusia dan agama membuktikan perasaan religius adalah salah satu naluri manusia yang mendasar. Seorang filsuf pun mengatakan bahwa perasaan religius adalah salah satu unsur utama dari alam jiwa manusia.

3. Fungsi Agama dalam Kehidupan
Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia di dunia hanya ibadah dan mengabdi kepada-Nya. Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan suatu gedung perpustakaan kebenaran. Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah. Peranan sosial agama bagi masyrakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini di karenakan niali-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelonpok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat. 
Manusia menyelesaikan tantangan-tanatngan hidup dengan menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia. Fungsi agama dalam kehidupan, antara lain:
a. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaran tentang boleh tidaknya suatu  perbuatan, cara beribadah, dll, dengan perantara petugas-petugasnya (Fungsionaris).

b. Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu yang sakral dan makhluk tertinggi atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
c. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dan serbuan destruktif dari agama baru dan dari sistem hukum Negara modern. 

d. Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalan persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
e. Fungsi Trsanformatif
Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yanglebih bermanfaat.

Selain fungsi diatas, agama juga memiliki fungsi antara lain:
1. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.
2. Mangatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
3. Merupakan tuntunan tentang prinsip benar atau salah.
4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan.
5. Pedoman perasaan keyakinan.
6. Pedoman keberadaan.
7. Pengungkapan estetika (keindahan).
8. Pedoman rekreasi dan hiburan.
9. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

4. Doktrin Kepercayaan Agama
Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran plitik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahhuan, keagamaan. Istilah doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran. Kaduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu milik “balutan’ filosofis.
Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan. Istilah Doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis. Doktrin banyak ditemukan dalam banyak agama seperti Kristen dan Islam, di mana doktrin dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut.
Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin. 
Adapun doktrin didalam agama antara lain:
a.   Doktrin utama dalam agama Yahudi:
•           Percaya kepada Allah pencipta langit bumi dan seluruh alam semesta, dan dia adalah Allah yang kekal.
•           Percaya bahwa Musa adalah nabi yang menerima hokum Allah dan diutus untuk melayani umat Allah, bangsa Israel, yang disebut kaum Yahudi.
•           Percaya dan menantikan datangnya Mesias yang akan menyatakan kerajaan Allah, dan bahwa Dia pasti akan dating pada waktunya.

b.  Doktrin utama dalam agama Budha:
•           Tentang realita penderitaan, bahwa di dalam hidup manusia tidak dapat menghindari realita penderitaan.
•           Tentang penyebab adanya penderitaan.
•           Tentang cara manusia dapat mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah meniadakan, membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan perasaan yang ada dalam diri manusia.
•           Tentang jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat diri dan keinginan tersebut, manusia melangkah ke dalam perjalanan menuju nirwana.

c.   Doktrin utama dalam agama Khonghucu:
•           Pemujaan terhadap arwah para leluhur.
•           Kesalehan seorang anak terhadap orang tuanya.

d.   Doktrin utama dalam agama Islam:
•           Iman dan kewajiban
Menjadi pemeluk Islam, haruslah sungguh-sungguh tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dengan menyatakan imannya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan melakukan hokum-hukumNya.

•           Shari’a
Hukum Islam berasal dari Allah, yang merupakan bagian utama dalam kehidupan umat Islam, dimana didalamnya mengatur hubungan manusia baik dengan sesame manusia maupun Tuhan.
•           Rukun Iman
Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rosul, Hari akhir, Takdir Allah
•           Rukun Islam
Shahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji.



C. Penutup
Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.




Daftar Pustaka


Nata, Abuddin. 1998. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press.
Https://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/?_e_pi_=7%aCPAGE_ID10%2C5443086863, diakses pada jumat, 11 Maret 2016, pukul 18.45.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Agama/Etimologi?_e_pi_=7%2CPAGE.ID10%2C7327317189, diakses pada Jumat, 11 Maret 2016, pukul 17.50.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar