Pengikut

Rabu, 07 Desember 2016

makalah penulisan kata

PENULISAN KATA
MAKALAH 
MATA KULIAH 
BAHASA INDONESIA
DOSEN
Dra. Siti Zumrotul Maulida





Oleh 
1. Berlian Rizqi Ahmad Habibie(17204153037)
2. Risma Iftitah (17204153038)
3. Lutfi Mey Rochmawati (17204153041)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH dan ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2015-2016




A. Pendahuluan

Dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, telah melakukan berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan. Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang disempurnakan adalah penulisan kata, yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang berpengaruh dalam penulisan, penulisan kata yang benar akan membuat kalimat-kalimat yang kita buat menjadi padu, efektif, dan enak dibaca. Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seperti kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, kata tugas, singkatan dan akronim, dan angka dan lambang bilangan.
Pada makalah ini kami akan membahas secara rinci, aspek-aspek yang ada dalam penulisan kata sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Berdasarkan hal di atas kami merumuskan masalah:
1. Apa pengertian  dari kata ?
2. Apa saja jenis-jenis yang ada dalam kata ?
3. Penulisan kata yang benar?





B. Pembahasan 
1. Pengertian kata
Kata atau ayat[1] adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Secara etimologi, “kata” dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Ngapak kath . Dalam bahasa Sansekerta, kath  sebenarnya bermakna “konversasi”, “bahasa”, “cerita”, atau “dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi “kata”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1997, kata adalah elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Jadi yang dimaksud dengan kata adalah kumpulan bunyi ujaran yang mengandung arti yang dinyatakan sebagai susunan huru-huruf abjad yang mengandung arti dan sangat jelas[2].

2. Jenis-Jenis Penulisan Kata
a) Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang ditulis sebagai satu-satuan.
Contoh : paman baru datang kemarin pagi
  Budi baru beli sepeda warna biru
  Ayah pergi ke Bandung
b)  Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh : dipukul
  dilebarkan
  melewati
  bergemuruh
2) Kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Contoh : mempertanggungjawabkan
  melipatgandakan
  memberitahukan
3) Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai .
Contoh : Pancasila prasangka
  swadaya tunanetra
  dwiwarna ultramodern
  caturtunggal purnawirawan
  mahasiswa saptakrida
Catatan :
(a) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Contoh : pan-Amerikanisme
        non-Israel.
(b) Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar.
Contoh : Dalam menjalankan pemerintahan Sultan Agung dikenal sebagai raja yang “mahabijaksana”.
Tuhan maha mengetahui segalanya.
4) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Contoh : mata pelajaran melipat tiga
  persegi empat bertanggung jawab

c) Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh : anak-anak huru-hara
  gerak-gerik sayur-mayur
  tukar-menukar ramah-tamah
  mata-mata undang-undang
  lauk-pauk mondar-mandir
d) Gabungan Kata
1) Gabungan kata yang lazim dengan kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya yang umum ditulis terpisah.
Contoh : meja tulis orang tua
  konsul jenderal tegak lurus
  duta besar kuda hitam
  perdana menteri simpang tiga
  rumah sakit segi lima
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubunguntuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh : anak-istri ampere-meter
  alat pandang-dengar dua-sendi
  bapak-ibu adik-kakak
3) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh : apabila manakala
  bilamana bumiputra
  barangkali peribahasa
  bagaimana tatabahasa
  padahal sendratari
e) Kata Ganti
Kata ganti ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Apa yang kumiliki bisa kupinjam sekarang juga.
  Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan rapi di almari.
f) Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah di anggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh : Arman duduk di kursi
  Paman pergi ke Semarang
  Ibu baru saja datang dari Bandung
g) Kata Sandang
h) Partikel
1) Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Marilah kita makan bersama-sama.
  Siapakah yang menjadi juara sepak bola kemarin ?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh : Apapun yang kau minta tidak akan saya berikan.
  Ayah pun mengetahui kalau  kamu kemarin tidak masuk.
  Mobil-mobil kecil pun larinya juga cepat sekali.
Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai : adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Contoh : Meskipun kaya dia tidak tampak sombong.
  Baik yang laki-laki maupun yang perempuan putranya bergelar sarjana.
  Walaupun sakit, dia tampak tetap kuat saja.
  Adapun asal-usul barang itu tidak pernah diketahui.
3) Partikel per yang berarti “mulai, “demi”, “tiap” ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Contoh : Harga gula sekarang Rp 700.000 per kilo gram.
  Mereka diijinkan masuk satu persatu.
  Dia akan dipindahkan ke Jakarta per 1 Nopember tahun ini.
i) Kata Tugas

j) Singkatan dan Akronim
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Misal rudal - peluru kendali.
Singkatan adalah hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf (misal : DPR, KKN, yth, dsb., dan hlm.).
Perbedaan singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf, sedangkan akronim dilafalkan sebagai suku kata.
Beberapa pola singkatan dan akronim:
a. Akronim (dieja menurut suku kata)
1. Akronim yang unsur-unsurnya terdiri atas huruf-huruf besar. Huruf-huruf besar yang membentuknya terdiri atas huruf-huruf awal kata. Contoh : ABRI (Angkatan bersenjata Republik Indonesia), ASI (Air Susu Ibu), HUT (hari ulang tahun), PAM (perusahaan air minum), SIM (Surat Izin Mengemudi).
Jenis-jenisnya :
a) Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama kata saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan, sehingga bisa dieja sebagai akronim bukan singkatan. Contoh : MURI (Museum Rekor Indonesia), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia).
b) Untuk membedakan dengan akronim yang huruf penyusunnya sama. Contoh : WITA (Waktu Indonesia Tengah untuk membedakan dengan WIT, Waktu Indonesia Timur), MTs (Madrasah Tsanawiyah, untuk membedakan dari singkatan dua huruf MT-MT yang lain).
c) Akronim sering tetap ditulis dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku lebih dari dua sering dijumpai ditulis dalam bentuk non-kapital (dianggap sebagai kategori dua dibawah), contoh: Walubi (Wali Umat Budha Indonesia).
2. Akronim dari nama badan atau nama diri. Singkatan ini terdiri atas huruf-huruf bagian kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan sebagai seuah kata, sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis dengan huruf besar. Contoh: Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional), Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri (Kepala Kepolisian Republik Indonesia).
3. Akronim pada pola ini adalah akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: tilang (bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbud (sosial budaya), toserba (toko serba ada), pemilu (pemilihan umum).
b. Singkatan (dieeja menurut pembentuknya)
1. Singkatan ini terdiri atas huruf besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata. Pada singktan ini tidak diperlukan tanda titik. Contoh: APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), BBM (bahan bakar minyak), SLI (sambungan langsug internasional), PT (Perseroan Terbatas), TVRI (Televisi Republik Indonesia), WNA (Warga Negara Asing)
2. Singkatan pada gelar kesarjanaan dan sapaan. Singkatan dapat terdiri atas huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim. Tanda titik digunakan pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh: S.H. (Sarjana Hukum), S.Psi. (Sarjana Psikologi).
3. Sinkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil. Singkatan tersebut berasal dari huruf awal kata. Dalam pembentukannya harus digunakan tanda titik diantara huruf-fhuruf pembentuk singkatan itu. Contoh: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), p.p (pulang pergi).
4. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil yang dibentuk dari huruf-huruf awal. Singkatan ini biasanya terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan. Contoh: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), dkk. (dan kawan-kawan).
5. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia, ukuran, timbangan, dan besaran. Tanda titik tidak digunakanpada pola singkatan ini. Contoh: Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), ca (kalsium).
6. Singkatan huruf dan angka:
a) Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jumlah huruf. Contoh: P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal).
b) Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan tanggal/tahun. Contoh: UUD45 (atau UUD 1945 – Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G-30S/PKI(atau G30S – Gerakan 30 September), Y2K (Year 2000 Problem – Masalah Tahun 2000; lihat w:Y2K).
c) Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jenjang. Contoh: S-1, S-2, S-3, D-3, dsb., atau perbandingan: Kw-2, Kw-3, Sp-1, Sp-2


k) Angka dan Lambang Bilangan
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab dan angka Romawi. Pemakainya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Contoh : Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ,8 ,9,
   Angaka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D(500), M(1000).
2) Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang,berat, isi, satuan waktu, dan nilai uang.
Contoh : 20 liter air bersih.
  8 kilogram gula
  15 meter persegi
  Tahun 1985
  125 rupiah
  Rp 500,00
  10 gram
  Pukul 12.00
3) Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartement atau kamar pada alamat.
Contoh : Jalan Sriwijaya No.87
  Hotel simpang, Kamar 64
4) Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Contoh : Bab VII, Pasal 15, halaman 54
  Surat Al-Baqarah : 24
5) Penulisan lambang bilangan dengan huruf di lakukan sebagai berikut :
(a) Bilangan utuh.
Contoh : 17 tujuh belas
   29 dua puluh sembilan
   145 seratus empat puluh lima
(b) Bilangan Pecahan
Contoh : ½ setengah
  ¼ seperempat
  3/5 tiga per lima
  6% enam persen
  3,9 tiga puluh sembilan per sepuluh
6) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut :
Contoh : Tingkat V
   Tingkat ke-5
   Tingkat kelima
   Bab IX
   Bab ke-9
   Bab kesembilan
   Abad XX
   Abad ke-20
   Abad keduapuluh
7) Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Contoh : tahun 50 –an atau tahun lima puluhan uang 7000 –an atau uang tujuh ribuan empat uang 100 –an atau empat uang seratusan.
8) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali njika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh : Agung memasukkan bola ke gawang lawan sampai lima kali.
  Diantara 45 anggota yang hadir, 25 orang memberikan suara setuju, 10 orang tidak setuju, dan 10 orang memberikan suara kosong.
  Kendaraan yang disediakan untuk mengangkut pemain dan rombongan itu berjumlah 10 colt, 5 jeep, dan 2 sedan.
9) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat di nyatakan denga satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Contoh : Lima belas orang yang mendapat kenaikan pangkat.
  Bukan : 15 orang yang mendapat kenaikan pangkat.
10) Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh : Hartono baru saja membeli mobil baru seharga 115 juta rupiah.
11) Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Contoh : Sekolah kami memiliki 25 orang tenaga guru.
  Bukan : Sekolah kami memiliki 25 (dua puluh lima) orang tenaga guru.
12) Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh : Dengan ini kami kirimkan uang sebesar Rp 500,00 (lima ratus rupiah).
  Dengan ini kami kirimkan uang sebesar 500 (lima ratus) rupiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar