Pengikut

Rabu, 07 Desember 2016

landasan psikologi pendidikan

LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
MAKALAH 
MATA KULIAH
LANDASAN PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
Haslinda Yasti Agustin,S.si,M.pd

Oleh :
Kelompok 6
1. Dani Nur Riszki (003)
2. Windra Eka Lestari (008)
3. Siti zulaika (029)
4. Umi Kulsum (013)


JURUSAN TADRIS MATEMATIKA 
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TAHUN AJARAN 2015-2016




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Psikologi pendidikan adalah ilmu psikologi yang memahami pembelajaran dalam pendidikan. Dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.
Adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan citacita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya.
Untuk memperjelas pertimbangan-pertimbangan psikologi pendidikan yang melibatkan peserta didik, berikut ini di ketengahkan uraian tentang pengertian psikologi pendidikan dan ruang lingkup psikologi pendidikan, perkembangan psikologi pendidikan, aliran-aliran psikologi pendidikan, metode-metode psikologi pendidikan dan hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling.
B. Rumusan masalah
1. Apakah psikologi itu?
2. Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pendidikan?
3. Bagaimana hubungan psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling?





BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Landasan Psikologi Pendidikan
Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh  dalam keadaan mengandalkan jasmani, yag dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dari kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Psikologi juga dapat diartikan mengenai kehidupan mental (the sciense of metal life), dan ilmu mengenai pikiran (the sciense of mind).
Landasan psikologi pendidikan  adalah  asumsi-asumsi yang bersumber dari studi ilmiah dalam bidang psikologi yang menjadi sandaran, tumpuan atau titik tolak studi dan praktek pendidikan. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Psikologi pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil-hasil penelitian psikologi, yang bertolak dari asumsi bahwa pendidikan ialah hal ihwal individu yang sedang belajar
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikit, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106).
2. Perkembangan individu dan implikasinya terhadap pendidikan
Dalam perjalanan hidupnya setiap individu mengalami perkembangan, yaitu perubahan-perubahan yang teratur sejak dari pembuahan sampai mati. Perubahan pada indiividu dapat berbentuk kematangan (maturation) dan berbentuk belajar. Kematangan adalah perubahan yang terjadi secara alami dan spontan tanpa dipengaruhi dari luar, sedangkan belajar merupakan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau latihan. Sekurang-kurangnya ada tiga prinsip umum perkembangan individu, yaitu (1) perkembangan setiap individu menunjukkan perbedaan dalam kecepatan dan irama; (2) perkembangan berlangsung relatif teratur, dan (3) perkembangan berlangsung berangsur secara bertahap. Setiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas-tugas perkembangan (developmental task) yang harus diselesaikan oleh individu ( Robert Havigurst).
Berdasarkan perkembangan individu, tenaga kependidikan memerlukan ilmu pendidikan yang cocok dengan tingkat perkembangan usia. Bagi anak-anak, pendidikan dikenal dengan istilah pedagogi yang berarti ilmu dan seni mengajar (membelajarkan) anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children) (Knowles, 1977). Bagi orang dewasa, pendidikan dikenal dengan istilah andragogi yaitu ilmu dan seni membantu orang dewasa belajar (andragogy is the science and arts of helping adults learn) (Cross, 1982). Bagi lanjut usia, pendidikan dikenal 28

dengan gerogogi yaitu ilmu dan seni untuk membantu manusia lanjut usia belajar (gerogogy is the science and arts of helping aging learn). Masing-masing ilmu pendidikan tersebut dalam prakteknya memiliki asumsi dan karekateristik yang berbeda sesuai dengan tingkat perkembangan individu yang menjadi peserta didiknya. Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
a) Nativisme
Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa faktor-faktor turunan dari orang
tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan
individu.Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel Implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan
kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
b) Empirisme
Teori empirisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang
terlahir ke dunia adalah dalam keadaan bersih sedangkan faktor penentu
perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman. Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B.Watson. Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c) Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan sertapengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori empirisme dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst. Implikasinya teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan faktor-faktor heriditas yang ada pada individu.


3. Teori belajar dan implikasinya terhadap pendidikan
Salah satu bentuk proses pendidikan adalah interaksi belajar mengajar. Pola belajar mengajar antara lain dipengaruhi oleh penampilan guru dalam mengajar, dan penampilan guru dalam mengajar antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan guru tentang mengajar yang tidak lain adalah teori belajar yang digunakan guru . Teori belajar telah banyak dikembangkan orang, namun dalam rangka pengenalan teori belajar yang menjadi acuan pokok dapat dikemukakan tiga kelompok besar teori belajar yaitu teori belajar kognivisme, teori belajar behaviorisme dan teori belajar humanisme. Ketiga teori belajar tersebut masing-masing memiliki karakteristik dan implikasi yang berbeda dalam prosespendidikan.
4. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan pendekatan-pendekatan:
1. Pendekatan pentahapan (perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu).
2. Pendekatan diferensial (pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan).
3. Pendekatan ipsatif (pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap indiviudu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual)(Pidarta,1997:186)

Tahap-tahap perkembangan secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Umur 0-2 (masa bayi, waktunya untuk tidur, memandang, mendengarkan, merangkak dan berbicara).
2. Umur 2-4 (masa kanak-kanak, berjalan, menyebut nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai melihat struktur).
3. Umur 5-8(disebut masa dongeng, mulai sadar memiliki kedudukan tersendiri)
4. Umur 9-13(berkembang pemikirannya yang kritis, nafsu persaingan, minat-minat, dan bakat , ingin mengetahui secara dlam).
5. Umur 13 disebut masa pubertas pendahuluan.
6. Umur 14-18(masa puber, ia sadar sebagai seseorang yang bertanggung jawab)
7. Umur 19-21 ( masa adolesen, menemui keseimbangan)
8. Umur 21 keatas(masa dewasa, mulai insyaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya )(Crijs,t.t:19)
Havinghurst seperti yang dikutip pada mulyani,menyusun fase-fase perkembangansebagai berikut :
1. Tugas perkembangan masa anak-anak
Belajar berkata , makan makanan padat, berjalan, mengendalikan gerakan badan , serta belajar membedakan yang salah dan mana yang benar.
2. Tugas perkembangan masa remaja,
Membuat hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin, mempunyai peran sosial yang cocok , mengembangkan keterampilan dan konsep-konsep sebagai wzarga yang baik, dan memperoleh seperangkat nilai serta etika sebaagai pedoman  berperilaku.
3. Tugas perkembangan masa dewasa awal
Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri, memulai kehidupan punya anak, belajar  membimbing dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, melaksanakan suatu jabatan atau pekerjaan, berupaya mendapatkan kelompok social yang  tepat serta menarik.
4. Tugas perkembangan masa setengah baya
Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, membangun serta mempertahankan standar ekonomi, membina anak remaja agar menjadi orang dewasa bertanggung jawab serta bahagia, menerima serta menyesuaikan diri dengan perubahan fisik diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.
5. Tugas perkembangan orang tua
Menyesuaikan diri dengan  semakin menurunya kekuatan  fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan menurunya pendapatan atau karena pension, menyesuaikan diri sebagai duda atau janda, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik, dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan ( Mulyani, 1988:83).
Setiap individu yang lahir kedunia dengan suatu hereditas tertentu, ini berati bahwa karakteristik induividu diperoleh melalui/pemindahan dari cairan-cairan “germinal” dari pihak orang tuanya. Warisan atau keturunanya yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari nenek moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya); yaitu:
1) Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit.
2) Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, kakek tau nenek
3) Intelegensi
Adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyusunan terhadap suatu situasi atau masalah
4) Bakat
Adalah kemampuan khusus yang menonjol yang dimiliki oleh seseorang
Menurut Piegat ada empat perkembangan kognisi, seperti yang dikutip Mulyani, Nana Syaodih, dan Callahan :
a) Periode sensiemotor


Psikologi Belajar
Perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip belajar yang perlu di perhatikan, antara lain:
1. Kontinguitas ( memberi situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidikan tentang respon anak yang diharapkan).
2. Pengualangan,( situasi dan respon anak yang diulang-ulang).
3. Penguatan(respon yang benar contoh diberi penguatan untuk mempertahankan respon itu).
4. Motifasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat  di pengaruhi oleh faktor-fakto dalam pengajaran(Gagne ,1997:78).
Adapun unsur-unsur belajar adalah adanya tujuan unsur utama dalam proses belajar :
1. Tujuan belajar dimulai karen adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Kesiapan untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan fisik dan psikis
3. Situasi kegiatan berlangsung dalam situasi belajar.
4. Reaksi terhadap kegagalan selain keberhasilan kemungkinan lain yang diperoleh siswa adalah kegagalan. (Cronbcah,1954:40-50).

Perlengkapan peserta didik atau warga belajar sebagai subyek dalam garis besarnya dibagi menjadi lima kelompok :
1. Watak, sifat yang dibawa sejak lahir
2. Kemampuan umum atau IQ
3. Kemampuan khusus atau bakat ( kemampuan tertentu yang dibawa sejak lahir).
4. Kepribadian(penampilan seseorang secara umum, secara contoh ; sikap, besarnya motivasi kuatnya kemaun, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaan terhadap orang lain, kesopanannya, toleransi).
5. Latar belakang (lingkungan tempat debesarkan terutama lingkungan keluarga)
6. Kecakapan; kepribadian individu merupajkan satu kesatuan.
7. Kecerdasan; cepat dan tepat dalam memahami unsur-unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat hubungan antar unsur dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan atau tindakan.
8. Kecerdasan jamak
Salah satu tokoh mendefinisikan tentang kecerdasan sebagai;
Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.
9. Kreativitas
Kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat.
Kreativitas adalah kemampuan :
a) Untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data informasi atau unsur yang ada
b) Berdasarkan informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanan nya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
c) Mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinilitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan(Syaodih,2005:56).
Psikologi sosial
Psikologi adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang masyarakat, yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar-individu (Hollander,1981:23). Pembentukkan kesan pertama terhadap orang lain memiliki tiga kunci utama, yaitu kepribadian seseorang, perilaku seseorang, dan latar belakang situasi (Pidarta,1997:209). Dalam dunia pendidikan, salah satu yang harus diperhatikan adalah para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya.
Motivasi juga merupakan salah satu aspek psikologi sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seorang sulit untuk berpartisipasi dimasyarakat.sehubungan dengan ini , pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar disekolah.
Menurut klinger seperti yang dikutip pidarta faktor-faktor yang menentukkan motivasi adalah:
1. Minat dan kebutuhan individu. Bila  minatdan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anak-anak dipenuhi, maka motivasi belajarnya akan muncu.
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas. Bila anak-anak memanang kesulitan pelajaran itu tidak terlalu berat, melainkan cukup menantang, maka motivasi belajar merekapun muncul.
3. Harapan sukses. Harapan ini pada umumnya muncul karena anak itu sering sukses. Agar anak-anak bodoh  punya juga kesempatan seperti ini, ada baiknya kalau materi pelajaran dibuat bertingakat dan model evaluasi bersifat individual. Dengan cara ini semua anak dalam kelas akan mempunyai motifvasi yang positif untuk belajar(Pidarta,1996:211).

Kesepakatan atau kepatuhan adalah juga merupakan faktor penting daam proses pendidikan. Tanpa ada kesepakatan cukup sulit merencanakan dan melaksanakan sesuatu, lebih-lebih dalam bekerja kelompok. Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan, yaitu:
1. Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
2. Perasaan takut akan disisihkan oleh teman-teman.
3. Keintiman anggota-anggota kelompok.
4. Besarnya kelompok, ialah kelompok yang tidak terlalu besar.
5. Tingkat keahlian anggota kelompok, makin ahli dan makin homogen makin mudah mendapat kesepakatan.
6. Kepercayaan diri masing-masing anggota. Semakin tinggi kepercayaan terhadap kemampuan mereka untuk mendapatkan kesepakatan, semakin cepat pula kesempatan tercapai.
7. Keakraban dan perbauran anggota-anggota kelompok. Makin mudah pula mendapatkan kesepakatan.
8. Komitmen masing-masing anggota kelompok terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok (Pidarta,1997:216).

Adapun sari dari konsep-konsep penting tentang psikologi sosial adalah:
1. Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh :
Kepribadian orang yang diamati.
Perilaku orang tersebut.
Latar belakang situasi waktu mengamati.
2. Persepsi diri sendiri bersumber dari perilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3. Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisian serta dengan mempelajari sikap para tokoh.
4. Motivasi ditentukan oleh faktor-faktor :
Minat dan kebutuhan individu
Persepsi terhadap tugas yang menantang
Harapan sukses
5. Keintiman hubungan yang disebut penetrasi sosial akan terjadi manakala perilaku antarpribadi diikuti oleh perasaan subyektif
a. Insting berkelahi
b. Gangguan dari pihak lain
c. Putus asa,
Agresif anti sosial, seperti memaki-maki
Agresif prososial, seperti menembak teroris
Agresif sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya.
6. Altrusme adalah hasil kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan.
7. Kesepakatan atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok.
8. Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki dengan anak perempuan. Perbedaan inu di samping bersifat alami, juga karena pengalaman dan pendidikan.
9. Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok.

Dampak konsep pendidikan
Dampaknya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangannya bersifat umum, yang berorentasi pada afeksi dan kognisi, semuanya memberi petunjuk kepada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapkan dan mengorganisi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2. Psikologi belajar
a. Klasik; disiplin mentak bermanfaat untuk menghafal dan melatih soal-soal; dan naturalisasi /aktualisasi diri bermanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dsb.
c. Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan, untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3. Psikologi sosial
a. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil, maka pendidik perlu mengembangkan perilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b. Pembentukkan sikap bisa secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukkan ini perlu di rencanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
c. Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui pemenuhan minat dan kebutuhannya; tugas-tugas yang menantang; dan menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering kali memberikan pengalaman sukses.
d. Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembibingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif anti sosial dapat di lakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak menggangu satu sama lain, dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif pro sosial dan sanksi.
g. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
4. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik.
5. Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta di layani secara berimbang.
6. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga kriteria, yaitu:
a. Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang atau harmonis
b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal.
c. Potensi-potensi berkembang secara integratif.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pendidikan juga dibutuhkan pula kepemimpinan, baik dikalangan para pendidik, dikalangan anak-anak, maupun dalam proses pendidikan itu sendiri. Sebab tanpa kepemimpinan yang baik segala kegiatan pendidikan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancar. Dalam proses belajar mengajar misalnya, guru adalah seorang pemimpin kelas dan beberapa anak juga menjadi pemimpin kelompok belajarnya masing-masing. Dapat dipahami bahwa baik buruknya proses belajar, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya.

B. SARAN
1. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif anti sosial dapat di lakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak menggangu satu sama lain, dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
2. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif pro sosial dan sanksi.
3. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.




DAFTAR PUSTAKA
Maunah, binti. 2009. Landasan pendidikan. Yogyakarta. TERAS.
http://www.academia.edu/5721075/MAKALAH _PSIKOLOGI_PENDIDIKAN , diakses pada :[19:10,04-10-2015]
Callahan, J.F., and Clark, L. H., (1983), Foundations of Educations, Mcmillan Publishing New York. Kneller, George F. (1972). Introduction to the Philosophy of Education. New York: John Wiley & Sons, Inc. Muchtar, Odang (Peny. Akhir), (1991), Dasar-Dasar Kependidikan, Depdikbud, IKIP Bandung. Sudjana, N. (1987). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru


Tidak ada komentar:

Posting Komentar